Berita
Melihat Keelokan Lukisan Sampah Plastik, Dilirik Jepang hingga Eropa

Melihat Keelokan Lukisan Sampah Plastik, Dilirik Jepang hingga Eropa

Merdeka.com – Sampah plastik selalu menjadi momok masyarakat, pengelolaan sampah yang buruk akan berdampak pada kesehatan dan lingkungan. Mengingat, butuh waktu 500 hingga 1.000 tahun agar sampah plastik terurai secara alami.

Lain halnya dengan seniman asal desa Sapen, Mojolaban, Sukoharjo ini. Dialah Sigit Purnomo Adi, yang memanfaatkan sampah plastik sebagai media menciptakan karya seninya. Disulapnya sampah plastik kemasan menjadi lukisan abstrak dengan komposisi warna yang menawan.

taboola mid article

Siapa sangka, lukisan yang tak wajar ini beberapa kali dipamerkan secara virtual. Beberapa negara asing seperti Jepang, Malaysia, Thailand hingga Eropa Timur bahkan suka dengan hasil karyanya. Hasil karyanya dipamerkan di galerinya sendiri bernama Galeri Makmur Art Project. Sigit yang seorang dosen beberapa kali juga turut ditunjuk sebagai kurator yang membawakan pameran seni rupa berskala Internasional.

Bukan tinta ataupun cat warna, melainkan sampah kemasan makanan ringan, kertas bungkus nasi, bungkus mie instan hingga korek api. Beberapa karyanya juga memadukan limbah kain perca dan potongan kertas bekas. Imajinasi Sigit yang begitu tinggi berhasil membingkai onggokan sampah yang dibenci menjadi seni yang diminati.

Kegemarannya akan seni lukis abstrak selalu mengasah otaknya untuk menciptakan ide sekreatif mungkin. Ia juga pernah menggeluti lukisan mosaik dari limbah kertas dan kain. Dituangkannya sampah tersebut pada tubuh gitar listrik yang laku di Bali hingga Amerika. silhouette v5.2 crack

Pemanfaatan barang bekas sebagai media melukis sudah digeluti Sigit sejak tahun 2011. Berangkat dari keprihatinannya akan pengelolaan sampah yang jauh dari kata sempurna. Daur ulang sampah amatlah penting demi keberlangsungan lingkungan. Sebagai seorang seniman, Sigit merepresentasikan secara langsung pada karyanya. Dengan memperhatikan sampah secara teliti agar keberadaannya tak mengotori lingkungan.

Media lukisnya juga beragam, mulai dari bingkai, papan kayu, tempayan, hingga tungku arang. Tiap material sampah memiliki perbedaan perlakuan untuk dijadikan sebagai lukisan. Pasalnya, sang seniman harus memilih dan memilah baik itu warna, hingga bentuk sampah yang beragam. Sekali lagi, imajinasi menjadi pendongkrak jiwa kreatifnya.

Pada dasarnya, limbah sampah akan ditempelkan pada bidang media lukis. Sigit menggunakan lem panas agar seluruh permukaan plastik tertempel dengan sempurna. Terkadang sampah plastiklah yang dijadikan media lukisnya. Plastik kemasan mi instan dan makanan ringan disusun menjadi lembaran lebar. Hingga tinta dituangkan ke permukaan plastik. Warna kemasan yang khas berpadu dengan gurat tinta yang ia lukiskan.

Metode kedua ialah menggunakan sampah plastik benar-benar sebagai material penyusun warnanya. Cara ini memang lebih sulit karena sama sekali tidak menggunakan tinta sebagai teknik permainan warna. Keaslian warna kemasan plastik dipertahankan, dipadukan dengan warna plastik lainnya hingga menjadi sebuah tema lukisan.

Tak butuh waktu yang lama untuk menciptakan satu buah karya seni lukis dari sampah plastik. Saat ini gaya lukisannya menjadi daya tarik tersendiri. Lebih lanjut Sigit mengemasnya ke dalam bingkaian elegan, yang akan membuat karya dari sampahnya dapat diminati di pasaran.

Galery lukisnya kerap kali dikunjungi sebagai referensi para pecinta seni lukis di Solo Raya. Mulai dari warga, pelajar, dan mahasiswa. Tentu saja dengan harapan agar mengedukasi tentang pengelolaan sampah yang lebih sehat terhadap keberlangsungan kebersihan lingkungan.

Sumber : https://www.merdeka.com/travel/melihat-keelokan-lukisan-sampah-plastik-dilirik-jepang-hingga-eropa.html